Porokeratosis
https://en.wikipedia.org/wiki/Porokeratosis
☆ AI Dermatology — Free ServicePada hasil Stiftung Warentest tahun 2022 dari Jerman, kepuasan konsumen terhadap ModelDerm hanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan konsultasi telemedis berbayar. 

Tepi yang menonjol dan keras adalah ciri khasnya.
relevance score : -100.0%
References
Porokeratosis 30335323 NIH
Porokeratosis adalah kondisi kulit langka yang ditandai oleh kelainan keratinisasi, sehingga muncul bercak berbentuk cincin atau benjolan kasar pada kulit. Ciri khasnya pada pemeriksaan mikroskopis adalah adanya lamela cornoid, yaitu susunan sel khusus di lapisan atas kulit. Porokeratosis dapat muncul dalam berbagai bentuk, antara lain disseminated superficial actinic porokeratosis, classical porokeratosis of Mibelli, porokeratosis palmaris plantaris et disseminatum, dan linear porokeratosis. Penting untuk diingat bahwa porokeratosis berpotensi bertransformasi menjadi kanker kulit. Diagnosis paling tepat dilakukan dengan biopsi pada tepi lesi yang meningkat, namun saat ini belum ada protokol pengobatan standar.
Porokeratosis is an uncommon dermatologic disorder. It is a disorder of keratinization that presents with keratotic papules or annular plaques with an elevated border. It has a distinct histologic hallmark of cornoid lamella, which is a column of tightly fitted parakeratotic cells in the upper epidermis. There are multiple clinical variants of porokeratosis, including disseminated superficial actinic porokeratosis, classical porokeratosis of Mibelli, porokeratosis palmaris plantaris et disseminatum, and linear porokeratosis. Porokeratosis is a precancerous lesion that can undergo malignant transformation. Evaluation of porokeratosis is best with a biopsy of the elevated border. There are no standard guidelines for treatment.
Disseminated Superficial Actinic Porokeratosis 29083728 NIH
Disseminated superficial actinic porokeratosis (DSAP) adalah penyakit keratinisasi yang tidak teratur. Ini merupakan salah satu dari enam jenis porokeratosis, dan biasanya menyerang area yang lebih luas dibandingkan jenis lainnya (linear, Mibelli's, punctate, palmoplantar disseminated, and superficial porokeratosis). Jenis porokeratosis yang erupsi sering kali dikaitkan dengan kanker, melemahnya sistem kekebalan, atau peradangan. Faktor risiko meliputi faktor genetik, penekanan sistem kekebalan, dan paparan sinar matahari. DSAP biasanya muncul sebagai benjolan berwarna merah muda atau coklat dengan tepi menonjol pada area yang terkena sinar matahari, dan terkadang menimbulkan sedikit rasa gatal. Pengobatan bervariasi dan dapat meliputi krim topikal, terapi cahaya, atau obat‑obatan seperti 5‑fluorouracil atau retinoid. Lesi ini dianggap prakanker, dengan kemungkinan 7,5–10 % berubah menjadi karsinoma sel skuamosa atau sel basal.
Disseminated superficial actinic porokeratosis (DSAP) is a disease of disordered keratinization. Disseminated superficial actinic porokeratosis is one of six variants of porokeratosis. It has more extensive involvement than most other variants. These other variants include linear porokeratosis, porokeratosis of Mibelli, punctate porokeratosis, porokeratosis palmaris et plantaris disseminata, and disseminated superficial porokeratosis. The eruptive form of porokeratosis is associated with malignancy, immunosuppression, and a proinflammatory state. Risk factors for porokeratosis include genetics, immunosuppression, and ultraviolet light. The lesions in disseminated superficial actinic porokeratosis start as pink to brown papules and macules with a raised border in sun-exposed areas that can be asymptomatic or slightly pruritic. There are many options for the treatment of disseminated superficial actinic porokeratosis, including topical diclofenac, photodynamic therapy (PDT), 5-fluorouracil (5-FU), imiquimod, vitamin D analogs, retinoids, and lasers. These lesions are considered precancerous. There is a 7.5 to 10% risk of malignant transformation to squamous cell carcinoma or basal cell carcinoma.
Porokeratosis of Mibelli - Case reports 33150040 NIH
Seorang pria berusia 52 tahun, sebelumnya sehat, datang dengan bercak datar berbentuk cincin pada ujung jari kaki keempatnya yang telah ada selama 2 tahun tanpa menimbulkan gejala apa pun. Lesi ini awalnya muncul sebagai benjolan kecil dan keras, kemudian perlahan berkembang ke arah luar. Meskipun telah mencoba berbagai perawatan seperti krioterapi, krim, antijamur, dan antibiotik, lesinya tidak kunjung membaik. Jika diperiksa lebih dekat dengan dermatoskopi, terlihat bagian tengah yang kering dan berwarna merah dengan pinggiran yang tebal dan kasar. Sepotong kecil kulit yang diambil dari tepi lesi menunjukkan pertumbuhan sel abnormal di lapisan epidermis, sehingga menegakkan diagnosis porokeratosis of Mibelli.
A 52-year-old man with no past medical history presented with an asymptomatic annular atrophic patch on the distal portion of the fourth toe of 2 years’ duration. The lesion began as a small keratotic papule that gradually enlarged centrifugally. He had received multiple treatments including cryotherapy, topical corticosteroids, antifungals, and antibiotics without improvement. Dermoscopic examination revealed a scaly atrophic erythematous central area with a sharply demarcated peripheral hyperkeratotic structure. A skin biopsy of the edge of the lesion revealed a cornoid lamella with a column of parakeratotic cells extending from an invagination of the epidermis with absence of granular layer. The clinicopathologic correlation was consistent with porokeratosis of Mibelli.
Seringkali biopsi dilakukan karena lesi tersebut tampak mirip dengan keratosis aktinik atau karsinoma sel skuamosa.